Cara H Romdoni dalam memasarkan hewan ternak miliknya cukup unik. Dia memilih tempat ber-AC sebagai outlet penjualan. Untuk tenaga penjual, dia memakai jasa SPG (sales promotion girls) cantik untuk menjajakkan sapi dan kerbaunya. Darimana ide diperoleh Romdoni?
TIDAK sulit menemukan lokasi usaha milik H Doni panggilan akrab Romdoni. Lokasinya tepat berada di samping Marko Brimob Kelapa Dua, Depok, di pinggir jalan akses kelapa dua yakni Jalan Akses UI No 89 A Cimanggis. Usaha bursa sapi miliknya ditempatkan di dua tempat yang berbeda. Satu lahan berdiri di atas lahan 3000 meter persegi, dan satu lagi di atas lahan 500 meter persegi.
Di lokasi usaha milik H Doni tersebut, para pengunjung dapat melihat langsung ribuan sapi dan kerbau yang siap dibeli. Menjelang Hari Raya Kurban ini, jumlah pembeli di outlet milik Doni kian ramai.
Diceritakan H.Doni, ide menjual ternak sapi kurban menggunakan Ladies Cowboy (SPG penjual sapi) itu berawal dari pengalamannya menjadi importir ternak Indonesia-Australia sejak 2000 lalu. Dia melihat bahwa tempat penjualan sapi di Australia tidak kumuh dan kotor seperti umumnya tempat-tempat penjualan terbaik di Indonesia.
Akhirnya, muncullah ide untuk membuka outlet penjualan sapi berkonsep bersih. Kepalang tanggung, setiap outlet milik Doni dikonsep layaknya seperti hotel berbintang. Semua hewan potong tersebut dirawat dengan apik. Setiap sudut ruangan outlet usaha sapi kurban itu diberikan AC. Bahkan, atapnya pun diberikan peneduh agar terhindar sinar matahari ketika waktu siang.
“Saya namankan tempat usaha saya ini hotel sapi. Karena mereka harus saya jadikan sehat semua. Untuk outlet di Kelapa Dua saya kasih tiga AC,” bebernya.
Demikian juga dengan pembeli. Dia menyediakan ruang tunggu bersih dan ber-AC bagi pembeli yang hendak memilih sapi atau kerabat pembeli yang tidak mau dekat-dekat dengan sapi.
Putera kedua dari enam bersaudara buah pernikahan Alm H Husein dan Alm H Zubaidah, dikenal sosok pekerja keras. Kiprahnya menjadi pengusaha hewan ternak ini sejak dirinya berusia 28 tahun.
Kala itu, dia hanya sebagai tukang daging di kawasan Jagal Cibinong, Jawa Barat. Lambat laun, dia pun memiliki banyak pelanggan yang hingga akhirnya mendapat orderan pesan sapi.
Karena saat itu tidak memiliki modal, Doni muda memberanikan diri meminjam uang kepada seorang rekannya. Alhasil, dia pun langsung membeli pesanan daging itu ke importir ternak Australia. Lama kelamaan dia pun berkecimpung di dunia importir. Dari situ dia pun meniatkan dirinya terbang langsung ke kota-kota di Australia yang memasuk sapi ke Indonesia. Disitulah Doni mulai banyak kenal cowboy di negeri Kanguru.
Tahun 2009 adalah awal dirinya memakai jasa Ladies Cowboy untuk membantu menjual sapi kurban. Hampir kebanyakan wanita seksi dan cantik itu diambil dari karyawan Doni di usaha yang berbeda yakni showroom mobil. Mereka di jadikan marketing penjualan hewan kurban untuk membantu menjelaskan jenis sapi yang dijual H Doni.
“Sebenarnya tidak ada efek langsung untuk mendongkrak omset, tetapi mereka diharapkan bisa membantu menjelaskan kepada konsumen yang datang,” imbuhnya.
Ayah empat anak hasil pernikahannya dengan Dian Sawita ini mengaku, penjualan sapi kurbannya sejak 20 hari sebelum Idul Adha sudah mencapai 4.700 ekor. Pencapaian itu tentu melebihi target dari tahun 2010 lalu yang hanya terjual 2.200 ekor dalam 30 hari. “Sehari rata-rata 50 ekor sapi dan kerbau yang terjual ke pembeli,” ujarnya.
Jenis sapi dan kerbau yang selalu dijual oleh Doni kebanyakan dari daerah Pati, Bali, Kupang, dan Australia.
Lantas, bagaimana para Ladies Cowboy itu harus bekerja di antara bau kotoran ternak dan berpanas panasan? Dia adalah Lidia Permatasari (21), Titis (21), Via (20) dan Reka (21). Melihat penampilan mereka, rasanya sangat aneh jika menyebut mereka sebagai penjual sapi.
Kulit putih mulus dan wajah cantik membuat banyak pengunjung bertanya-tanya. Kenapa mau menjual sapi? “Pekerjaan ini halal kok, dan saya senang melakukannya meski harus berhadapan dengan kotoran,” kata Lidia, satu di antara empat Ladies Cowboy.
Soal malu terhadap pengunjung karena gengsi, keempat gadis cantik itu tak merasakannya. Pasalnya, pekerjaan itu sudah rutin dilakukan setiap menyambut perayaan kurban. “Ini tahun kedua saya menjadi SPG sapi kurban,” ujarnya.
Sebelum menjadi tenaga pemasaran sapi kurban, keempatnya adalah staf showroom mobil milik H Doni. Namun, setiap berhasil menjual sapi atau kerbau dirinya selalu mendapat bagian komisi. Makanya, dalam 20 hari belakangan ini, kata Lidia, dia bersama tiga orang temannya belum ingin libur. “Saya kerja menjadi SPG, dari pukul 09.00 pagi sampai 17.00,” papar Lidia lagi.
Kini, keempat gadis yang berpakaian ala cowboy itu sudah terbiasa mencium bau kotoran sapi atau kerbau dan melayani konsumen yang datang. Hal itu mereka anggap sebagai bagian dari pekerjaan menjadi SPG hewan kurban. “Kalau awal saya bekerja memeng jijik, tetapi kalau sekarang sudah terbiasa,” tandas Titis.@hariansumutpos.com