Kisah TKW rupanya tidak melulu kisah sedih dalam perantauan. Di Malaysia, TKW Sarmini (28) asal Banyumas sukses menjadi sarjana S1 manajemen dari Universitas Terbuka Malaysia.
Pembantu rumah tangga asal Desa Adisana, Kecamatan Kebasen, Banyumas, Jawa Tengah ini awalnya pergi ke Malaysia pada 2004. Dia sudah mengantungi ijazah D2 dari Sekolah Tinggi Agama Budha di Semarang, namun dia ingin melanjutkan kuliah. Sayang orangtuanya terbentur masalah biaya.
"Pergi ke Jakarta untuk mencari kerja tapi tidak dapat. Karena keinginan saya untuk melanjutkan sekolah namun orang saya tidak mampu, makanya saya pergi ke Malaysia untuk mencari modal," kata Sarmini kepada wartawan di Balai Desa Adisana, Senin (4/7/2011).
Tiga tahun lamanya Sarmini bekerja sebagai PRT. Pada 2007 dia meminta pulang dan majikannya pun bertanya untuk apa. Ketika Sarmini mengatakan ingin meneruskan kuliah, sang majikan justru bersimpati dan menawarkan Sarmini kuliah di Malaysia.
"Karena majikan saya tahu kalau keuangan saya tidak meungkinkan, maka dia menawarkan saya kuliah di sana. Dan pada tahun ke empat, saya kuliah di Open University of Malaysia setelah tiga tahun saya bekerja," jelasnya dengan semangat.
Kini Sarmini yang telah mempunyai gelar Sarjana Management dari Open University of Malaysia, dengan Indeks Prestasi Kumulatif 3,39. Walaupun banyak tawaran bekerja dari kawan-kawannya, namun dia berharap dapat bekerja di mana saja sesuai kemampuan yang dia punya.
"Saya belum tahu akan bekerja dimana, walaupun ada kawan yang menawari saya bekerja sebagai guru, tapi di mana saja saya akan terima," tambahnya.
Selama kuliah, dia mengaku tidak kesulitan membagi waktu untuk bekerja sebagai pembantu. Sarmini hanya kuliah pada hari Minggu, setiap dua minggu sekali. Setiap hari dia bekerja dan baru pada setelah pukul 21.00 dia belajar untuk keperluan kuliahnya dan pagi hari setelah mengantar anak majikan ke sekolah
"Biasanya saya membagi waktu untuk belajar dan bekerja setelah pukul 21.00. Setelah semua pekerjaan rumah selesai, saya gunakan untuk belajar. Selain itu pada pagi hari setelah anak-anak majikan saya berangkat sekolah saya gunakan juga untuk belajar lagi," kata dia.
Sang majikan Tan Choo Tang (56) sangat mendukung pendidikannya, hingga semua fasilitas yang dibutuhkan dirinya dipenuhi oleh sang majikan yang merupakan seorang dosen di sebuah kampus swasta di Malaysia.
"Majikan saya mendukung sekali pendidikan saya, mereka juga memberikan fasilitas, mulai dari komputer, printer, kertas, alat-alat tulis. Yang jelas semua alat-alat yang dibutuhkan untuk belajar," jelasnya.
Selain itu lanjutnya, majikannya juga ikut membantu dalam membiayai kuliahnya. Dari seluruh biaya kuliah yang mencapai 10.000 Ringgit Malaysia atau Rp 28 juta, Tan membantu Sarmini sekitar 50 persen.
"Kuliah selama empat tahun itu 10.000 ringgit dan jika dikurs rupiah sekitar Rp 28 juta tapi dibantu sama majikan sekitar 50 persen," ungkapnya.
Banyaknya kasus yang menimpa para TKI di luar negeri tidak membuat Sarmini takut. Dia menjelaskan jika keluarga Tan sudah menganggap dirinya seperti keluarga sendiri, bahkan sering membantu mengerjakan tugas-tugasnya dan mengasah kemampuan berbahasa Inggrisnya.
"Mereka sudah menganggap saya seperti keluarga sendiri dan itu mungkin keberuntungan saya dapat bekerja di rumah majikan yang baik. Bahkan mereka membantu saya belajar bahasa Inggris, padahal sebelumnya saya kesulitan, tapi karena semua anak-anaknya menggunakan bahasa Inggris, akhirnya saya diajari dan sekarang saya tidak kesulitan lagi," tambahnya.