Curhatan Seorang Pelacur

Sebut saja namaku Santi (Samaran).Saat ini usiaku 18 tahun dan secara terpaksa aku terjerumus ke dalam kehidupan dunia hitam menjadi pelacur!

Ya aku adalah seorang pelacur!

Suatu profesi yang dinista oleh sebagian orang tetapi sekaligus dibutuhkan para lelaki hidung belang.Bahkan pelacur itu pada umumnya dianggap bandit sehingga selalu dikejar-kejar trantib dan kalau pas lagi sial belum dapat duit malah kena razia.

Padahal pelacur seperti diriku ini adalah orang seperti warga negara lainnya, yang punya hak dan kewajiban sipil-privacy yang sama.
Ini harus dihormati!, Sebab order sosial/kolektif berdasar order individu, dan bukan sebaliknya.

Aku terpaksa menjadi pelacur untuk membiayai kuliahku karena tidak ada orang lain di keluargaku yang dapat membantuku.Ini kulakukan demi masa depanku.Aku terpaksa menjual diri demi sebuah cita-cita. Kukumpulkan rupiah demi rupiah untuk kebutuhan hidup dan sebagian kutabung untuk modal usaha kelak setelah aku lulus kuliah.

Sebagai pelacur, saya bekerja cuma mencari nafkah.Menjual jasa.Apakah aku disebut pendosa ?Sedangkan para pembeli dan pengguna jasa yang kulakukan, tidak pernah disebut pendosa apalagi dihukum.Bahkan karena laki-lakilah para perempuan seperti aku menjadi pelacur.

Perempuan yang bekerja dalam profesi ini dianggap sebagai perempuan nakal, tercela, tak bermoral,pelanggar nilai-nilai agama dan norma masyarakat.Oleh sebagian masyarakat dan juga pemerintah, pelacuran dianggap sebagai tindak kejahatan.Para pelakunya dipandang sebagai kriminal.
Tetapi pada saat yang sama, keberadaan mereka sangat dibutuhkan.Bahkan tidak sedikit pihak yang diuntungkan baik secara langsung maupun tidak langsung.

Misalnya saja pihak pemerintah yang menarik pajak dari mereka,aparat yang menyediakan jasa keamanan,warung makanan atau toko yang hidup karena adanya pelacuran,dan juga terbukanya peluang usaha dan kerja bagi penduduk setempat. Masyarakat itu ibarat koin mata uang.Di satu sisi ada kelompok masyarakat yang "mencintai" pelacur yang dianggap sebagai kubu sisi luar.Sedangkan sisi dalam adalah kubu pietisme "karatan" yang tak mampu bersikap realistik.Kubu ini, menurut laporan, adalah biang dehumanisasi pelacur dan pelacuran.

"Berkat" dialah maka penistaan yang dungu - primitif menjadi "harga niscaya" yang harus dibayar pelacur.Mereka tidak mampu melihat realitas yang sesungguhnya apa yang menyebabkan orang-orang seperti saya menjadi pelacur.Kaskus
Curhatan Seorang Pelacur 4.5 5 Unknown 2011-05-28T15:48:00+07:00 Sebut saja namaku Santi (Samaran).Saat ini usiaku 18 tahun dan secara terpaksa aku terjerumus ke dalam kehidupan dunia hitam menjadi pelacur...